Uncategorized

Kesederhanaan lah.,

Indonesia sekarang memasuki masa pemerintahan bapak Presiden Jowo Widodo atau yang akrab dipanggil dengan Pak Jokowi.

            Sedikit flashback sebentar sebelum saat masa masa peraliahan, yaitu disaat detik detik akhir Pak SBY menjabat menjadi Presiden. Ada yang menarik disini, saat ternyata kemenagan diraih oleh kubu Indonesia Hebat. Ya.., Pak Jokowi akhirnya menang dalam pemilihan umum kali ini, dan resmi menjadi pemimpin bumi pertiwi, Indonesia.

            Berjuta sebab pak Jokowi menang dalam pemilu kali ini, selain mendapatkan perolehan suara terbanyak. Salah satunya kesederhanaan beliau lah, yang menjadi daya pikat masyarakat Indonesia. Sederhana, satu kata yang kali ini kita akan bahas bersama.

            Ketika beberapa orang berebut rebut manjadi seorang miliader, kemudian memiliki mobil mewah, rumah yang megah dan tak kentinggalan pula, istri yang cantik hehe 😀 . Dan segudang keingginan orang dan berlomba lomba untuk dapat hidup mapan dengan fasilitas yang mewah.

            Namun disisi lain pula terdapat beberapa orang yang meskipun termasuk orang yang berkecukupan enggan mengunakan kecukupan tersebut dan memilih untuk hidup sederhana.

                                                                   


            Sohabat Umar bin Khattab ra yang dulu pernah menjabat menjadi presiden untuk umat muslim. Tahukah anda ? Beliau hanya tidur dengan beralaskan tikar selama kepimpinan beliau, meskipun sohabat Umar menjabat menjadi presiden. Bukan berarti saat itu tak ada kasur. Ada. Bahkan saat itu Umar pernah ditawarkan untuk tidur diatas kulit keambing yang begitu mewah dan empuk saat itu. Namun beliau menolaknya.

            Akhirnya kembali ku ingat kembali pelajaran tarikh islam itu yang kudapatkan dari hasil nyantriku. Saat diri ini masih nyantri di Al Hikmah 2, kesederhanaan merupakan pelajaran hidup yang pernah kudapat kan. Yaa., sederhana, aku tak akan membahasa panjang lebar tentang betapa kesederhananya diri ini saat masih nyantri di Al Hikmah 2 yang tidur terkadang tanpa alas dan lain lain. Melainkan diri ini mencoba membahas kesederhanaan yang dimiliki oleh sang Mahaguru  Al Hikmah 2.

            KH Mukhlas Hasyim, MA. Beliau merupakan alumni mahasiswa Al Azhar yang mendapatkan predikat mahasiswa terpandai, bahkan beliau termasuk ulama muttakhrin. Terlapas dari kecerdasaan dan kepandaiaan beliau tentang agama, ada yang menarik dalam diri beliau, yaitu kesederhanaannya. Meskipun menjadi pengasuh pondok pesantren tebesar di Jawa Tengah, Al hikmah 2, namun beliau sama sekali tak mau terlalu dihormati. Kehidupan beliau pun sangat sederhana dilihat dari cara berpakaiannya, saat mayoritas ulama dan kiyai pengasuh pondok pesatren mengunakan jubah yang mententeng, beliau sama sekali tak pernah mengkenakannya. Pakaian yang beliau kenakan layaknya seperti santri yang beliau asuh, Baju koko atau kemeja, kemudian sarung, dan tak kentinggalan penutup kepala. Penutup kepala yang beliau kenakan pun bukan lah kopyah putih bak pak haji atau sang kiyai, bukan, melainkan peci biasa dan terkadang mengunakan peci hitam atau yang sering dikenal dengan peci Soekarno.

            Saat pertemuan ulama ulama se Asia tenggara yang berlangsung di Malaysia, beliau pun tetap berpakaian sesederhan mungkin.

            Gus Nidzhomudin dan Gus Najib Afandi, kedua guru ku selanjutnya. Putra dan menantu dari KH Masruri Abdul Mughni ini juga sama seperti Yai Mukhlas, sederhana.

            Gus Nidzhom yang ahli di bidang fiqih ini adalah sosok yang sangat sederhana, saking sederhannya mungkin untuk orang yang baru berjumpa dengan beliau tidak akan pernah menyangka bahwa beliau merupakan orang hebat dan putra dari keturunan Kiyai besar. Kemudian gaya blusukan beliau pun menjadi hal yang cukup menyajungkan, sebelum Jokowi tenar dengan blusukannya, gururku yang satu ini sudah memulainya. Yaa., meskipun blususkan dalam negara kecil, Al Hikmah 2. Gus lulusan Al Aqof Yaman ini, gemar sekali memerika kamar demi kamar santrinya yang cukup sumpeg, bahkan beliau sangat sering bolak balik di kamar mandi santri putra untuk mengecek kondisi saluran pipa air yang menurutku kondisinya sangat jorok dan seakan tak pantas tempat seperti itu dilalui oleh seorang Gus, namun beliau mau, Subahanallah.

            Gus Najib sang sepesilasi kitab kuning ini, menempuh study S1 di Al Aqof Yaman, kemudian S2 di Al Azhar Mesir dan yang terakhir S3 di Maroko. Rentetan gelar yang didapatkannya bukan berarti lantas menjadikan merasa besar. Beliau masih sederhana dan sesederhana mungkin hidup beliau. Sarung, baju koko kemudian peci hal yang tiap hari beliau kenakan. Tak ada jubah yang mentereng bak seorang ulama besar.

Mungkin dari kisah beberapa orang yang diatas, diri ini dapat menyimpulkan bahwa :

”kesederhanaan akan membuat kita lebih luwes dan leluas, dan sangat mudah untuk berbaur dengan semua orang, semua golongan baik dari golongan bawah hingga atas. Bahkan dari kesederhanaan kita, kita dapat mencuri hati orang banyak”

Tagged , , , , , ,

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *