Perjalanan Hidup

KC Bukan Sekedar Pengajian Biasa

           Kenduri Cinta, sebuah tempat berdiskusi, ngaji, dan menambah wawasaan baru bersama orang orang Maiyah. Yaa., ini adalah salah satu majelisnya Cak Nun yang setiap bulannya berlangsung di Jakarta, tepatnya di Taman Ismail Marzuki.

            Sebelumnya aku tak pernah melangkah kan kaki ini untuk berada disalah satu majelisnya Cak Nun, dengan kata lain malam sabtu itulah aku pertama kali memasang telinga dan mata di Kenduri Cinta. Awalnya hanya iseng iseng, buka websitenya Cak Nun dan lihat jadwal majelisnya beliau. Ternyata ada di Jakarta, langsung ku conntak sobat lamaku si Faroby yang termasuk salah satu fans terberatnya Cak Nun. Alhasil kita janjian dan akhirnya bertemu.

            Pertama kali datang di KC aku di paksa memberikan apresiasi terbesar untuk siswa siswi MTs Negri  9 Jakarta Pusat. Gimana tidak ? mereka mempertunjukan seni Gurindam yang sangat memukau orang orang Maiyah. Rasa kagum dan takjub berselimut. “Hebat sekali mereka, ditengah moderenisasi di Jakarta, mereka sempat dan mau belajar seni Gurindam”. Salah satu pertunjukan mereka yang sangat membuat hati ini merinding yaitu ketika mereka mempertunjukan drama kecil kecilan tentang siksa akhir. Lucu, kocak namun membuat hati ini bergetar.

Peralatan Gurindam MTs 9 JakPus

            Pertunjukan seni Gurindam berakhir. Sekarang sesi yang ditunggu tunggu, diskusi orang Maiyah. Proses diskusi ini cukup seru, bahkan bukan cukup yahh., melainkan si the best diskusi. Pasalnya, didiskusi ini dihadiri oleh sang ahli Geopolitik, Sekjen PBNU, beberapa Kiyai NU, Musisi Jass dan tak ketinggalan pula  mas Lukman Baehaki sang komedia Stand Up kemedi yang membuat perut ini sakit gara gara kekocaknya.

Mas Lukaman membuat perut ini tambah sakit. #kocak

            Diskusi ini diberi judul ”Negri Setengah Hati” dan diawali dengan mengulas kembali sejarah Nahdlotul Ulama, dari sejak mbah Wahab Hasbullah, kemudian Yai Wahid Hasyim hingga NU kekinian.

 

            Diskusi yang sangat seru dan mengasikan yaitu saat mas Suryo sang ahli Geopolitik luluasan Borneo Prancis memaparkan  betapa kayaknya ibu pertiwi dibidang kemaritiman. Dan betapa kalahnya negri ini dengan beberapa negara yang bidang kemaritimannya tak sekaya Indonesia.

            Narasumber demi narasumber memaparkan penjelasannya yang sangat menyatu dan berkesinambungan antara narasumber satu dengan yang lain. Hingga tak kusangka jam di wall handpond menunjukan pukul 02:00 dini hari.

            Kemudian diskusi break sebentar, orang orang Maiyah disuguhkan seni musik Jass yang dibawakan mba Ina dan suaminya mas Beben. Seru, dan menarik menikmati musik yang satu ini. Namun sempat terbesit pertanyaan didalam hati ”Ko bisa yah., majelis yang ada kiyainya dan beberapa orang ahli agama, mempertunjukan musik seperti ini ? dan kita pun keadaan cowok dan cewek gak dipisah ? melainkan digabung” 

 

Dek Tya saat mempertunjukan suara emasnya 🙂

            Mungkin hal ini juga akan terbesit juga dibenak kalian yang dulunya ada background pesantren. Ternyata setelah konser musik Jass yang dibawakan dan mba Ina dkk pulang. Sang kiyai Muzzami yang sampai saat ini menjabat sebagai ketua Batsul Masail. Yai Muzzami memaparkan semuanya dan mengklarikasikan dengan gaya bahasa tassawuf yang cukup tinggi. Well sekarang pertanyaan yang sempat terbesit terbayar lunas dengan penjelasaan Yai Muzzami Bagi pembaca budiman yang juga pernah terbesit pertanyaan tersebut, mungkin aku dapat membantu menjawabnya. Namun tidak dapat lewat sini, iyaa., buka lewat blog ini, Kenapa ? karena jawabanku akan cukup panjang lebar dan mungkin akan dibawakan dengan bahasa tasawuf pula hehe 😀 . So, sobat dapat mencari tahu jawabanya dengan contac via telfon atau pun bertemu langsung dengan ku.

            Diskusi demi diskusi dan hiburan demi hiburan pun berakhir saat akan menjelang adzan subuh berkumandang. Dan acara ditutup dengan doa diiringi dengan sholawatan bersama. Namun sampai dipenghujung acara, Cak Nun tak datang secara dohirr. Semoga dalam kegiatan bulanan KC ini, dapat memberikan inspiratif dan ilmu baru untuk orang orang Maiyah terutama untuk diri sendiri. Dan yang paling utama dapat bertemu langsung dengan Cak Nun, aminn.

Tagged , , ,

Leave a Reply

2 thoughts on “KC Bukan Sekedar Pengajian Biasa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *