Agama, Perjalanan Hidup

Salam Rindumu, akan Kusampaikan Dek

Matahari hampir pulang ke peraduannya, Asep membereskan berkas laporan yang berceceran diatas meja kerjanya. Laptop yang ia dapat dari hasil jerih payahnya bekerja selama tiga bulan terakhir, dimasukan kedalam tas yang sudah kumal. Perlahan pria yang selalu mengenakan jaket biru itu langsung keluar kantor setelah taping absen yang menempel di dinding.

Ia bejalan sembari membuka gawainya, membuka aplikasi sosial media yang ia gandrungi, Facebook. Pertama kali muncul di lini masa akun facebooknya, menghentakan pandangan pria berusia dua puluh tiga tahun itu.  Ia membaca dengan lirih “KENDURI CINTA | TUAN RUMAH DIRI SENDIRI | 9 Maret 2018”. Seketika pria berkaca mata itu bergegas membuka aplikasi kalender di gawai cina yang ia miliki. “ah iya ini tanggal Sembilan Maret” batin laki-laki yang sudah menikah muda itu sembari berjalan menuju tempat parkir motor bebek.

Bergegas, pria asli sunda itu kembali ke kontrakan petak di pinggiran kawasan elite, Sentul City. Setiba dirumah tersebut. Sang istri yang sedang hamil muda langsung menyalimi suaminya. “Bunda, hari ini ada Kenduri Cinta, ayah berangkat yah ke TIM” sembari ia mencium tangannya,  Asep izin kepada sang istri yang berusia dua puluh tahun itu. “ iya ayah, sok aja atuh sana berangkat, sudah dua bulan kan ayah absen di Kenduri Cinta” ucap istrinya.

Hanya dua sruput teh hangat manis, lalu Asep pun segera bergegas bersiap untuk berangkat ke Kenduri Cinta.  Ia harus bergegas lebih cepat karena jarak dari rumah ke Taman Ismail Marzuki cukup jauh, dua jam perjalanan menggunakan KRL, Bogor – Jakarta.

Arah jarum jam dinding menunjukan pukul 19:00 WIB. Gerimis manja kota Bogor tak menyurutkan keinginan pria berkumis tipis itu berangkat menuju Taman Ismail Marzuki, berharap besar dapat bertemu dengan Mbah Nun. Sebelum berangkat ia menyalimi istrinya, dan dengan tangan halusnya ia mengusap lembut perut istrinya yang berisi janin empat bulan itu.

Perlahan, ia mendekatkan wajahnya, bak mengecup perut sang istri.  Seraya berbisik, mengajak janin tersebut bercengkrama. “Ayah berangkat ya dek, akan ayah sampaikan salam rindumu kepada Mbah Nun, dan kau akan kupintakan doa kepada nya, semoga kelak kau menjadi anak yang sholeh, dan bermanfaat untuk semua orang seperti Mbah Nun”. Selepas berpamitan, Asep pun meluncur menerobos gerimis menggunakan motor Yamaha bekas tahun 2008 yang ia beli dari jerih payahnya menjadi kuli panggul di pasar.

Tagged , , ,

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *