Agama, Sinau

Selamat Jalan Abah Mukhlas, Kami Bersaksi Engkau Manusia Baik dan Soleh

K. H Mukhlas Hasyim MA. Beliau salah satu ulama yang sungguh luar biasa.

Beliau adalah guru kami, yang sifat tawadu nya tak pernah habis melekat pada diri beliau. Selalu mengingatkan kami “Kalian jangan baru mondok sebentar, pulang ke rumah langsung pake jubah, peci putih”

Beliau tidak benar-benar melarang para santri2nya perihal pakaian selagi menutup aurat. Namun, beliau sangat paham dengan budaya sekitar santri-santri nya, bahwa yang berjubah adalah orang-orang yang ilmunya sudah tinggi, Kiyai, Habaib dan Ulama.

Maka keseharian beliau hanya menggunakan sarung, baju kok, dan songkok. Sesekali menggunakan celana untuk acara formal di sekolah. Padahal didalam diri beliau, ada Al Quran berjalan, ada puluhan kitab beliau paham, ada Hadist yang setiap hari beliau amalkan.

Beliau adalah guru kami, GURU = di gugu lan di tiru, beliau menjadi suri tauladan kami. Beliau berdakwah tak hanya bil qoul, ceramah-ceramah di atas mimbar saja, namun bil Hal, Bil Hikmah dan bil Do’a, dengan tindak tunduk akhlak yang baik, dengan ucapan-ucapan yang adem, dengan segala doa doa yang beliau panjatkan demi kebaikan bersama.

Beliau adalah lulusan cumpload Al Azhar Kairo Mesir, yang berasal dari pesantren salaf, tanpa ada pelajaran umum, hanya kitab-kitab saja, beliau pesantren di Leler, Randegan, Kebasen, Banyumas. Namun meski tak menyentuh pelajaran umum, Ilmu umumnya sudah sangat luas, sejarah dari zaman Rasulullah, Sahabat, Dinasti, hingga sejarah Romawi Bizantium beliau hafal di luar kepala.

Semasa pesantren di Leler, Beliau rela berjalan kaki, bersepeda hingga kota Purwokerto hanya untuk membeli kitab, padahal jarak yang ditempuh ± 24 KM. Begitu besar cinta beliau kepada ilmu.

Selepas pesantren salafi di Leler, beliau melanjutkan studi ke Al Azhar Mesir, tak hanya cumpload pada Strata 1, beliau langsung melanjutkan gelar master di Mesir pula, saat studi pun, menurut penuturan senior, beliau beberapa kali ditunjuk untuk menjadi panitia Haji, maka Mesir – Mekah di diri beliau sangat dekat.

Selepas gelar master melekat pada diri beliau, menurut cerita senior, beliau sering ditawari jabatan di Bank Indonesia, di kedinasan pemerintah dan lain-lain.

Bahkan saat al faqir sowan ke beliau, pada Desember 2018 silam, beliau bercerita kepada al faqir,

“Berkali-kali saya di tawari jadi Dewan Syariah Bank Mualamat (kalau tidak salah bank Mualamat) saya pernah menyelesaikan salah satu perkara Fiqiyah di dunia perbankan” membuka percakapan beliau saat Al faqir sowan.

“ya Allah dulu mah masih muda, masih belum tahu tentang dunia uang, saya ditanya hukum oleh salah satu bank syariah, begini kurang lebihnya” Jika ada suatu akad perjanjian jual beli, kemudian ternyata ditengah perjalanan, salah satunya membatalkan jual beli tersebut bagaimana hukumnya?”

” saya jawab dengan berbagai dalil, dari Al Quran, Hadist hingga kitab-kitab pandangan ulama terkait hukum tersebut, Masya Allah saya sempat di bodoh-bodohkan oleh teman saya yang sudah menjadi Dewan Syariah, karena saya tidak MOU terlebih dahulu dengan Bank tersebut, karena jika sudah MOU maka saya bisa mendapatkan ujroh atau fee 100 jutaan, karena menjawab persoalan diatas haha” ketawa beliau masih al faqir ingat saat mengingat masa mudanya tersebut.

Ya begitulah Abah Mukhlas, tak pernah sedikit pun dunia menempel dihatinya, tak pernah ia mengoyo-ngoyo mencari uang. Uang hanya di tangan, jangan sampai masuk kedalam hati.

Sekian banyak pekerjaan bergaji besar dan jabatan yang mentereng, beliau hanya menerima satu, yaitu menjadi menantunya Alm K. H Masruri Abdul Mughni (Abah Yai) . Bahkan menurut cerita senior, saat ditawari menjadi menantu Abah Yai, beliau tak pikir panjang “Oke saya mau”. Padahal tak ada gaji pasti untuk mengurus pesantren terbesar di Jawa Tengah itu, tak Ada jabatan mentereng yang akan beliau dapat. Namun begitu lah tawadu nya beliau, lulusan terbaik Mesir mau mengayomi, mendikte, membimbing, mengajarkan kami masyarakat, santri-santri kampung terpencil di desa Benda, Kecamatan Sirampog Kab Brebes.

Ber puluh-puluh kali beliau pun di tawari jabatan menjadi PNS oleh orang-orang pusat pemerintahan, tanpa perlu tes tanpa perlu bayar, bisa langsung jadi PNS. Namun beliau tolak secara halus, menurutnya beliau tidak pantas mendapatkan jabatan tersebut.

Padahal sejak dini hari, selepas sholat subuh hingga larut malam, beliau mengajar ribuan santri-santri, tak ada kata libur untuk mengaji. Bahkan saat Al Faqir sowan saat liburan semester, beliau sedih

“Ya Allah saya beberapa hari ini keliling pondok, saya Ngrasa kelangan, gak ada Santri, pondok sepi sekali” sambil mata berkaca-kaca.

Foto saat al faqir sowan Desember 2018, berdiskusi banyak terkait Ekonomi Islam dan banyak hal tentang beliau, agama, santri dan masyarakat (Fotonya ngumpet, karena secara personal tidak pernah punya nyali untuk foto berdua)

Beliau bak manifestasi dari mertua nya, Abah Yai Masruri Abdul Mughni, yang berulang-kali slalu berpesan kepada santri-santri nya, kepada anak-anak dan keluarga besarnya. Bahwa jangan sampai disaat kita menjadi orang yang berilmu, menjadi seorang panutan, Kiyai, jangan sampai menjadi Kiyai Direktur yang hanya mengkonsep saja, tanpa mengajar dan membimbing santri-santri.

Abah Mukhlas, ulama yang di kenal oleh ulama-ulama mancanegara, namun rendah hati, tawadu dan kesabarannya tidak pernah hilang.

Di undang delegasi ulama saat di Malaysia (kalau tidak salah) beliau selalu santai dengan hanya berbaju koko, celana panjang dan peci. Tak pernah sekali al faqir melihat beliau berjubah besar.

Bahkan saat Al Faqir berkuliah di Tazkia, saat itu ada Native speaker dari Al Azhar Kairo, Syekh Rifa’i. Kami mengobrol bersama, tak disangka saat ditanya beliau

“Min Aina anta?”,
“Brebes fi Jawatil Wusto Syekh”,
“ohh mahad Al Hikmah tsani?”
“Na’ am Syekh”
“Masya Allah, ‘uriftu Kiyai Mukhlas Hasyim?
” Na’ am, ana ‘aroftu, huwa ustadzi sykeh”
“Salam ya buat beliau” tutur sykeh Rifa’i yang sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia.

Begitu lah beliau Abah Mukhlas, disaat kami ingin sowan pesan beliau cuma satu “sudah kalau mau sowan, ya tinggal masuk saja kerumah, salam, dan duduk di kursi, jangan sampai kalian duduk dibawah” Masya Allah tawadu nya :’)

Banyak sekali pesan-pesan beliau kepada kami para Santri yang tak mampu al faqir tulis begitu banyak. Pesan beliau yang slalu al faqir ingat “Ibadahnya Santri itu ya ngaji, dan meski kalian berkali-kali usaha untuk bisa membaca kitab, namun tidak bisa. Tidak apa-apa yang terpenting adalah akhlak, adab kalian lah yang di kunjung tinggi, karena jika orang berilmu namun tidak berakhlak derajatnya rendah”.

Abah, engkau sudah kami anggap sebagai guru kami, sudah kami anggap bapak kami, yang slalu senantiasa membimbing kami. Semoga engkau juga menganggap kami sebagai santri-santri engkau bah, meski kami suka lalai, dan kurang memperhatikan ilmu, sangat kurang membuka kita-kitab. Namun kami masih berharap semoga kami senantiasa istiqomah mengikuti jejak adab, akhlak dan ilmu Engkau

Hari ini, engkau berpulang ke pangkuan Allah SWT, Allah mungkin sudah rindu dengan engkau, makhluk yang luar biasa semasa hidup nya. Kami bersaksi Abah, bahwa engkau adalah manusia yang soleh, manusia yang sangat besar pengaruhnya, sangat bermanfaat untuk kita dan masyarakat umum. Al Fatihah.

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *